pelajaran dari jiwa

Jiwaku mengajar dan mendidikku untuk mencintai apa yang orang lain benci dan menjadi teman bagi siapa saja yang dicaci maki. Jiwaku menunjukkan pada diriku bahwa cinta juga merasa bangga terhadap dirinya, bukan hanya kepada orang yang dicintainya. Lebih dari itu juga kepada orang yang mencintainya. Sebelum jiwaku mengajariku, cinta di hatiku seperti benang tipis yang terikat pada dua pasak. Tetapi kini cinta telah menjadi sebuah lingkaran keramat yang permulaannya adalah akhir dan akhirnya adalah awal. Cinta itu mengelilingi setiap makhluk dan perlahan-lahan berkelana kemana-mana memeluk siapa saja yang dapat direngkuhnya.

Jiwaku mengajariku dan mendidikku untuk menyentuh apa saja yang tidak menjelma. Jiwaku membukakan mataku bahwa apa saja yang kita sentuh adalah bagian nafsu kita. Namun saat ini jari-jariku telah menyentuh kabut, menembus apa yang nampak di alam dan bercampur dengan apa yang tidak nampak.

Jiwaku mengajariku, dan sapanya, “janganlah terlalu gembira jika dipuji dan jangan bersedih jika disalahkan. Sebelum jiwaku memberi nasehat, aku meragukan harga pekerjaanku. Kini aku menyadari, bahwa pohon-pohon menguncup di musim semi, berbuah di musim panas tanpa berharap untuk dipuji. Daunnya rontok di musim gugur dan tubuhnya telanjang di musim dingin tanpa merasa takut disalahkan.

Jiwaku berbicara padaku, “jangan mengukur waktu dengan mengatakan ‘yang ada hanyalah kemarin dan hari esok’ ”. Dan sebelum jiwaku berkata padaku, aku membayangkan waktu yang lalu seperti epos yang tidak pernah berulang, sedangkan masa depan adalah epos yang tidak dapat digapai. Sekarang aku menyadari bahwa saat sekarang mengandung semua waktu dan didalamnya semua harapan dpat disandarkan, dengan cara bekerja keras guna mewujudkannya.

Jiwaku mengajari dan mendesakku agar tidak membatasi ruang dengan mengatakan, “di sini, di sana, dan di seberang sana”. Sebelum jiwaku mengajariku, aku merasa bahwa dimana saja aku berjalan selalu jauh dari tempat lain. Detik ini aku menyadari bahwa dimana aku berada, aku mempunyai seluruh ruang, dan jarak yang aku tempuh adalah seluruh panjang dunia.

Tiada jarak dan waktu yang menjadi penghalang bagi apa yang menjadi harapanku. Apapun yang diinginkan oleh jiwa akan digapai oleh ruh.
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

1 komentar:

Anonim mengatakan...

dian,
tulisan sangat bagus,
mungkin alangkah bagusnya mungkin bisa disertakan Sang nama penulisnya

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik-baik, dengan nama yang diberikan oleh orang tua Anda..
Terima kasih ^_^

 
copyleft akmalnotes
powered by blogger